Pejam, celik, mata berkelip-kelip, hirup dan hembus nafas berkali-kali
Syukur anugerah-Mu yang tidak terhingga
Begitulah...
Setiap hari mengharapkan sesuatu yang memungkinkan ketenangan itu tiba
tapi tidak juga
jauh sungguh makna ketenangan itu hendak tiba ke destinasinya
ke sini, ke sana, ke situ ~ direbut-rebut jika kenampakan
kalau boleh dizahirkan, bulatkah ia, bujurkah ia
warnanya bagaimana pula, merah? biru? hijau? kuning? hitam atau putih?
Hmm...tak juga dijumpa ya...
Dari mana pula ia datang, utara? selatan? timur? barat atau barat daya?
Budiman berkata ~ carilah dalam diri sendiri
Ketenangan itu ada dalam jiwa kamu
Wahai ahli budiman, aku telah cuba mencarinya sekian lama
tidak juga dijumpa
mungkin terlalu banyak kebersalahan dalam diri
membuat ketenangan itu semakin menjauh dan aku ditinggalkannya
di pesisir kehidupan, di celah-celah keterbiasaan
masih juga aku mencari dan mengharapkannya hadir
Berkata lagi si budiman itu ~ koreksi hati, cucilah jiwa
Hilangkan daki, bersihkan dosa, akan datanglah tenang kepadamu
Aduhai budiman, aku kini sedang berperang dengan perasaan sendiri
Hantu-hantu dan bayangan kejahatan itu sering sahaja menang dalam perang perasaan itu
Senjata dan peluru kebaikan itu mungkin tak bisa menembusi dan mematikan kejahatan
yang bergelak ketawa ~ menang besar! menang besar!
Ha ha ha..wahai budiman yang tinggi ilmunya
Yang sebetulnya akulah mangsa perasaan yang tidak kuat itu
Hingga tergelincir jauh dari pangkalannya
Hmm...ada sesiapa, yang ingin membawa aku pulang?
No comments:
Post a Comment